Kalau terus-menerus memikirkan jelek-jeleknya Jakarta, lama-lama pikiran bisa pening sendiri. Coba kalau Jakarta dilihat dari sisi lain, misalnya dari peta hijau atau green map yang tujuannya untuk menyadarkan orang akan kesalingterkaitan antara alam dan gaya hidup. Mungkin hidup menjadi terasa berbeda.
Peta hijau ini merupakan peta yang menandai tempat-tempat yang memiliki makna terhadap lingkungan, budaya, dan interaksi masyarakat. Seperti dikatakan perintis Peta Hijau Jakarta, yang juga Ketua Pengurus Harian Dewan Kesenian Jakarta, Marco Kusumawijaya, peta ini memuat simbol-simbol untuk menggambarkan kondisi berikut informasi sebuah kawasan.
Kalau berjalan-jalan ke halte bus transjakarta, Anda akan melihat peta berikut tanda-tanda kawasan ini ditempel di dinding halte. Peta Hijau Jakarta ini memang masih kurang menggambarkan satu kawasan secara detail. Masih butuh penjabaran. Namun, setidaknya kita bisa melihat betapa Jakarta memiliki kekayaan sejarah budaya, taman-taman kota, dan pusat kuliner. Anda bisa menuju tempat-tempat itu dengan naik bus transjakarta.
Peta hijau ini bisa jadi positif ataupun negatif. ”Yang positif, misalnya, kita bisa menandai sebuah tempat pendauran ulang sampah di kawasan Jakarta Utara yang joroknya minta ampun. Atau kita bisa menandai situ-situ, taman-taman, tempat interaksi masyarakat di Jakarta,” tutur Marco.
Sebenarnya setiap orang bisa saja membikin peta sendiri atau menambah peta yang sudah ada. Marco sendiri mulai membuat peta semacam ini sekitar sepuluh tahun yang lalu, pada saat orang belum menyadari pentingnya peta hijau. Tiga tahun belakangan ini kesadaran akan peta hijau baru meningkat pesat.
”Sekarang ada peta angkutan hijau, peta situ-situ di Jakarta, dan peta lain yang dibikin orang-orang berbeda. Ada juga peta hijau di seputar busway,” ujar Marco, yang saat ini tengah menyiapkan peta hijau untuk guru dan bisa digunakan untuk bahan pelajaran lingkungan.
Selengkapnya silahkan klik:
Peta Hijau, Peta Kehidupan [in Indonesian]